Kisah Mayor Madmuin Hasibuan yang Nyaris Dilupakan



Mayor Madmuin Hasibuan merupakan salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yang berperan penting dalam mempertahankan wilayah Jakarta dan Bekasi dari agresi militer Belanda pasca-Proklamasi 1945. Meski namanya sempat tenggelam dalam arus sejarah, kiprahnya mulai kembali diangkat ke permukaan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah namanya diabadikan menjadi nama Alun-Alun Kota Bekasi pada 2022.

Awal Kehidupan dan Karier

Madmuin Hasibuan lahir pada tahun 1922 di Huta Padang, Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Ia berasal dari keluarga sederhana, namun memiliki semangat nasionalisme dan keberanian yang luar biasa sejak muda. Ia merantau ke Batavia dan bekerja sebagai mandor di Pelabuhan Tanjung Priok pada masa penjajahan Jepang. Pekerjaan tersebut mempertemukannya dengan para buruh pelabuhan dan para tokoh pergerakan nasional yang diam-diam menyusun kekuatan menghadapi penjajah.

Pasca kemerdekaan Indonesia, Madmuin Hasibuan bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan dipercaya memimpin TKR Laut sektor Jakarta Utara–Bekasi. Ia kemudian dikenal luas sebagai komandan yang berani, disiplin, dan sangat dekat dengan rakyat.

Pertempuran Heroik

Nama Madmuin Hasibuan mulai dikenal luas setelah memimpin beberapa pertempuran besar melawan tentara Sekutu dan NICA (Belanda) yang berusaha merebut kembali wilayah Indonesia. Salah satu pertempuran penting yang dipimpinnya adalah Pertempuran Kali Kresek di Bekasi pada Oktober 1945. Dalam pertempuran ini, ia bersama pasukan rakyat berhasil menahan laju pasukan Belanda yang hendak masuk ke wilayah Bekasi dari arah utara.

Pertempuran lainnya yang dikenang adalah Pertempuran Sasak Kapuk pada 29 November 1945. Dalam pertempuran ini, Madmuin bekerja sama dengan pasukan Hizbullah yang dipimpin oleh KH Noer Alie, ulama besar Bekasi. Mereka menyerang pos-pos Belanda dan membakar gudang senjata musuh. Serangan tersebut membuat Belanda kalang kabut dan mengalihkan pasukan ke wilayah lain.

Madmuin juga dikenal sebagai pejuang yang tangguh dalam gerilya. Ia bersama pasukannya sering berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lain di Bekasi dan Jakarta Utara, memanfaatkan medan rawa dan hutan untuk menyusun strategi perlawanan.

Penangkapan dan Pembebasan

Karena dianggap sebagai ancaman besar, Madmuin sempat ditangkap oleh tentara NICA. Namun penangkapannya menimbulkan protes luas dari rakyat, terutama para buruh pelabuhan yang pernah dipimpinnya. Akhirnya, karena tekanan massa dan pertimbangan politis, Madmuin dibebaskan. Sejak itu, ia semakin dihormati sebagai simbol perlawanan rakyat.

Peran dalam Pemerintahan

Setelah kemerdekaan diakui secara resmi oleh Belanda pada tahun 1949, Madmuin Hasibuan aktif dalam pemerintahan. Ia terpilih menjadi Ketua DPRD Sementara Kabupaten Bekasi pada tahun 1950, mewakili Partai Masyumi. Dalam jabatannya itu, ia dikenal tegas, berpihak pada rakyat kecil, dan tidak segan mengkritik pemerintah pusat jika dirasa kebijakan tidak memihak rakyat.

Meski dikenal keras dan ideologis, Madmuin juga memiliki kemampuan diplomasi yang baik. Ia mampu menjembatani konflik antara tokoh-tokoh masyarakat dan kelompok-kelompok politik yang sedang bersaing dalam masa awal kemerdekaan.

Ancaman PKI dan Masa Sulit

Pada tahun 1950-an hingga awal 1960-an, suasana politik di Indonesia memanas. PKI (Partai Komunis Indonesia) mulai menunjukkan kekuatannya di berbagai daerah, termasuk Bekasi. Sebagai tokoh Masyumi dan veteran pejuang yang anti-komunis, Madmuin menjadi salah satu target yang hendak disingkirkan oleh PKI.

Ia sempat menjadi sasaran upaya pembunuhan yang gagal. Namun sejak saat itu, Madmuin mulai mengurangi aktivitas politiknya dan lebih fokus pada kegiatan sosial serta pendidikan bagi generasi muda. Ia menyadari pentingnya menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan keislaman kepada generasi penerus.

Wafat dan Penghargaan

Mayor Madmuin Hasibuan wafat pada tahun 1961 akibat penyakit paru-paru. Ia dimakamkan secara sederhana di area belakang Masjid Al-Barkah Bekasi, tidak jauh dari pusat kota. Sayangnya, makamnya sempat terlupakan dan tidak terawat hingga akhirnya ditemukan kembali dalam kondisi memprihatinkan pada tahun 2021.

Mengetahui hal ini, Pemerintah Kota Bekasi kemudian merenovasi makam tersebut dan menetapkannya sebagai situs sejarah lokal. Pada tahun 2022, sebagai bentuk penghormatan, namanya diabadikan sebagai nama Alun-Alun Kota Bekasi yang baru dibangun dan diresmikan.

Warisan dan Keteladanan

Kisah hidup Mayor Madmuin Hasibuan adalah cerminan dari semangat juang para tokoh daerah yang sering terlupakan dalam buku sejarah nasional. Ia tidak hanya berperan dalam pertempuran, tapi juga dalam pembangunan politik, sosial, dan pendidikan di Bekasi.

Warisan terbesar dari Madmuin adalah semangat keberanian, keteguhan dalam prinsip, dan keberpihakan kepada rakyat. Ia adalah contoh nyata bahwa pahlawan sejati bukan hanya mereka yang populer di buku sejarah, tapi juga mereka yang bekerja dalam diam demi kemerdekaan dan keadilan.

Kini, dengan semakin dikenalnya kembali sosok Mayor Madmuin Hasibuan, masyarakat Bekasi—terutama generasi muda—diharapkan bisa meneladani nilai-nilai perjuangan yang ia wariskan. Sebuah nama di alun-alun kota kini tak lagi sekadar simbol, tapi pengingat bahwa Bekasi punya pahlawan yang pernah berjuang dengan darah dan nyawa demi merah putih tetap berkibar.