Deflasi -4,8% Landa Kabupaten Bekasi, Melimpahnya Stok Pangan Jadi Pemicu
Kabupaten Bekasi mencatat deflasi sebesar –4,8 persen hingga akhir Mei 2025, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Gatot Purnomo, menjelaskan bahwa penurunan harga ini terutama dipicu oleh melimpahnya pasokan cabai dan bawang akibat panen raya serentak di berbagai wilayah.
Pasokan cabai dan bawang di Pasar Induk Cibitung naik hingga 35 persen dibanding volume normal, naik dari rata-rata 60 ton per hari menjadi jauh lebih tinggi, sementara permintaan konsumen relatif stabil. Hal ini menyebabkan harga turun drastis, memicu deflasi tapi masih dalam batas wajar menurut Gatot.
Meski begitu, menurut Gatot, daya beli masyarakat Kabupaten Bekasi sejauh ini masih tergolong stabil, meski ada tekanan dari faktor seperti PHK dan inflasi sebelumnya. Konsumsi terhadap barang kebutuhan industri seperti minyak goreng, tepung terigu, dan gula tetap meningkat, kontras dengan harga komoditas pertanian yang tertekan.
Untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli, Pemkab Bekasi telah menggandeng Pemerintah Provinsi Jabar melalui Operasi Pasar Murah Bersubsidi (OPADI) serta bekerja sama dengan Perum Bulog guna menjaga pasokan dan distribusi barang pokok. Langkah ini diambil terutama untuk melindungi kelompok ekonomi menengah ke bawah dari gejolak harga.
Namun, pedagang di pasar tradisional mulai merasakan dampak negatif. Junaedi, pedagang sembako di Pasar Cikarang, menyebut omzet harian terus menurun: “Barang numpuk, pembeli makin jarang,” sedangkan Rina Marlina (37), warga Karang Asih, menyatakan harus membatasi belanja karena penghasilan suami berkurang akibat pengurangan jam kerja pabrik.